diriku

Rabu, 18 Januari 2012

jangan nodai cinta


Nggak ada tema yang abadi untuk dibahas selain masalah cinta. Tengok aja mulai dari lagu, puisi, prosa, sampai film didominasi masalah cinta. Wajar karena cinta adalah perasaan yang universal. Dimana-mana, di seluruh dunia, orang membutuhkan dan menginginkan cinta. Cinta ada pada orang tua yang cinta pada anak-anaknya, anak-anak yang cinta pada orang tuanya, adik dan kakak yang saling menyayangi seperti dalam film Children of Heaven, dan ehm, tentu saja cinta dirasakan oleh sepasang pria dan wanita.

Untuk remaja seperti kamu-kamu, masalah cinta itu ibarat nasi, makanan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan cinta itu seringkali diwujudkan dalam bentuk punya pacar. Maka MTV menggelar acara Singled Out yang heboh lengkap dengan peri cintanya, TransTV punya acara DateExpress, dan teranyar RCTI punya tayangan gress untuk anak-anak muda Katakan Cinta. Isinya ya mencocok-cocokkan anak-anak muda dengan lawan jenisnya. Yang dalam Singled Out-nya MTV seringkali remaja memilih pasangannya dari hal-hal yang sepele; soal ukuran sepatu, urusan sikat gigi, cara teriak, dsb.
Cinta juga bukan sekadar feeling, tapi membuat orang berubah. Orang yang merasakan cinta bisa mengubah dirinya demi orang yang dicintai. Yang buruk bisa menjadi baik, yang urakan bisa menjadi rapih jali, dan yang pendiam bisa menjadi periang. Cinta juga membuat orang menjadi kreatif. Buktinya banyak karya dihasilkan karena terinspirasi oleh cinta. Contohnya ya buku ini (he…he…he).
Sayangnya cinta sering ternoda justru oleh mereka yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta malah menjadi ajang pelampiasan hawa nafsu. Cinta nggak lagi menjadi sesuatu yang suci dan indah. Tapi sudah diubah menjadi kubangan lumpur maksiat. Padahal seharusnya anugerah cinta itu kan dihargai dengan menjaga dan merawatnya. Tentu saja cinta harus dirawat dan dijaga dengan aturan-aturan Allah SWT. Sebabnya jelas banget, Dia yang menciptakan cinta dan menumbuhkan cinta, pastinya Dia juga yang aturanNya layak diikuti. Nggak ada yang lain.
Terbukti, cinta yang tak kenal aturan bukannya menjadi anugerah, tapi malah menjadi musibah. Nggak jarang orang mengukur cinta dari kedalaman kantong, dari penampilan fisik, bahkan nggak lagi memandang agama. Selain itu merebak juga kehidupan sex before marriage, gonta-ganti pasangan, yang semuanya bikin hidup jadi makin nelangsa. Banyak remaja yang menafsirkan cinta itu adalah seks. Iih syerem. Gara-gara pemahaman yang keblinger itu cinta jadi ternoda. Jangan sampe deh.
Maka nggak salah kalau untuk urusan cinta kita juga harus tunduk pada ‘apa kata’ Allah. Bukan apa-apa, supaya cinta kita tidak rusak dan tidak ternoda. Juga jangan berpikir kalau cinta yang diatur Allah itu nggak asyik. Kenyataannya cinta yang diatur oleh Allah itu makin sip, dan pastinya barakah. Apa tuh barakah? Menurut para ulama barakah itu artinya ziayadul khair, bertambah kebaikannya. So, kalau kita bercinta (ciee…) dengan mengikuti aturan Allah, maka bukan saja kita merasa bahagia, tapi juga berpahala.
Maka, jangan nodai cinta, agar cinta dalam hidup kita makin berarti dan memberikan berbagai kebaikan pada kita semua.
Penulis  berharap agar buku ini bermanfaat buat kamu-kamu, remaja muslim Indonesia, dalam merengkuh cinta. Agar kelak muncul generasi yang meletakkan Allah, RasulNya dan jihad di atas segala-galanya.
Atas cinta yang telah menjadi inspirasi penulisan buku ini, penulis memanjatkan kalimat alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadiratNya, Tuhan yang telah memberikan cinta pada kita semua. Juga shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi saw. yang telah mengajarkan cinta yang indah pada para pengikutnya.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada keluarga kami masing-masing yang telah merawat cinta kasih selama ini. Mereka jugalah yang telah mengajarkan banyak hal tentang cinta.
Tidak lupa kepada Penerbit Gema Insani Press yang bersedia menerbitkan risalah sederhana tentang cinta ini. Khususnya kepada saudari Mimin yang mau bersusah payah membaca dan mengoreksi tulisan kami sehingga nyaman ketika dibaca. Semoga tulisan ini menjadi sesuatu yang bukti cinta kita semua pada umat muslim, dan khususnya remaja muslim di tanah air dan juga di seluruh dunia. Amin.

Medan, Januari 2012

Emang Jmblo, knapa..?

Alhamdulillah, atas ijin Allah Swt. akhirnya saya bisa menyelesaikan naskah buku ini. Naskah buku yang sebenarnya tertunda sejak lama sekali. Maklumlah, meski dikejar-kejar penerbit karena outline dan beberapa naskahnya udah disetujui, tapi tetap saja banyak kendala menghadang di sana-sini. Saya terpaksa harus ‘menelantarkan’ naskah buku yang sebenarnya sudah dinantikan penerbit dan insya Allah banyak pembaca. Namun demikian, karena tetap saya kerjakan meski di waktu sisa setelah aktivitas yang lain, akhirnya kelar juga. Alhamdulillah.
Nggak banyak yang saya tulis di pengantar ini, cuma mau menyampaikan aspirasi beberapa orang yang masih ‘setia’ ngejomblo, supaya mereka nggak minder dan berani menghadapi kenyataan dan bilang, “ya, gue emang jomblo!”. Bukan maksud menggarami luka lama, tapi saya sedang bermonolog dan seolah-olah menjadi mereka. Saya sedang berusaha untuk empati dengan kawan-kawan yang masih jomblo. Tulisan ini sekadar catatan harian, saya memungutinya dari berbagai kejadian yang kemudian saya berikan “bumbu” agar lebih menarik. Tapi jangan khawatir, “bumbu” tersebut tetap realistis. Kejadiannya mungkin masih bisa terjadi dan bisa kita saksikan (atau bahkan dirasakan?). Semoga menjadi inspirasi bagi para pembaca.
So, kalo kamu emang jomblo, kayaknya udah nggak pantes lagi deh nutup-nutupi statusmu. Percaya diri aja lagi. Nggak usah khawatir kena sindir atau dicemooh. Jomblo itu bukan aib kok. Jomblo bukan kriminal. Ngapain harus malu? Percuma juga kan punya gandengan or gebetan tapi malah menjadi sarana berbuat maksiat karena hubungan dengan lawan jenisnya terkategori hubungan tanpa aturan yang benar menurut syariat agama. Jadi, bagi kamu yang masih jomblo, nggak rugi kalo membaca Jomblos’ Diary ini. Insya Allah akan ada banyak manfaat dan inspirasi yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Semoga. Saya menulisnya dengan bahasa yang khas remaja. Silakan dinikmati ya.
Di buku sederhana ini, selain jumlah halamannya tipis, saya sengaja tidak menaburkan banyak data dan dalil untuk pelengkap argumentasi, karena buku ini sifatnya dalah bacaan ringan yang diharapkan meski sedikit tapi cepat menyerap dan memudahkan pembaca untuk memahami persoalan yang tengah dihadapi remaja, yakni masalah jomblo.
Sebelum mengakhir pengantar singkat ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua saya, bapak dan mimih yang senantiasa mendoakan untuk kebaikan saya. Makasih juga buat istri saya yang sangat saya cintai (ehm..ehm..), kesabaranmu mampu membuatku makin cinta padamu. Buat QRS (Qais, Rafi, dan Sausan) ketiga buah hatiku. Keberadaan kalian tumbuhkan tanggung jawab dan cinta.
Tak lupa untuk penerbit Gema Insani, khususnya Mbak Ninik Handrini dan Pak Abdul Hakim, terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk berkarya dan menghasilkan karya terbaik untuk kemaslahatan kaum muslimin. Maaf juga, karya ini termasuk yang telat saya selesaikan.
Terakhir, buat kamu semua, remaja muslim dambaan umat, yang udah baca buku ini, semoga bisa mengambil manfaatnya. Ok? Terima kasih dan tetap semangat hidup di bawah naungan Islam.

Kado Untukmu


Sobat muda muslim, moga kabar baik buat kamu semuanya. Met jumpa lagi dengan saya. Moga-moga kamu nggak ikut-ikutan jadi bebek ya? Iya dong, kan udah saya kasih tahu, “Jangan Jadi Bebek” He..he..
Sobat pembaca,  buku yang sedang kamu baca ini adalah sekuelnya dari buku tersebut. Cara penyajiannya sama, yakni meramu tulisan kemudian dikelompokkan ke dalam sub-bahasan dan dikasih solusi langsung. Hampir semua tulisan di buku ini adalah ‘fresh from the oven’, masih anget dan moga-moga saja ‘ever green’. Beberapa di antaranya adalah usulan dari pembaca. Insya Allah, ditanggung antimanyun deh.
Ngomong-ngomong soal semen, eh, soal budaya pop, saya kepikiran sama kamu-kamu, para remaja. Kenapa? Karena remajalah yang paling rentan termakan isu instant culture, yang juga biasa disebut budaya pop. Do you know budaya pop? Betul. Kamu pinter banget deh. Yup, budaya pop adalah budaya yang ringan, menyenangkan, trendi, dan cepat berganti. Nah, teman remaja paling doyan kalo udah njiplak gaya hidup hasil imbas budaya pop. Pokoke, cepet banget nyetelnya euy! Itu sebabnya, saya jadi kepikiran terus sama kamu-kamu. Khawatir kalo kamu terjerumus main ikut-ikutan aja tanpa memandang halal dan haram dalam berbuat.
Kritikus Lorraine Gam­man dan Marga­ret Marshment, keduanya pe­nyunting buku “The Female Ga­ze: Women as Viewers of Popu­lar Culture (1998)”, berse­pakat bah­wa bu­daya popu­ler adalah sebu­ah medan pergu­latan ketika me­ngemukakan bah­wa tidaklah cu­kup bagi kita untuk semata-mata menilai bu­daya populer se­bagai alat kapi­talisme dan pat­riarki yang menciptakan kesadaran palsu di kalangan banyak orang. Bagi mereka, budaya populer juga tempat dipertarungkannya makna dan digugat­nya ideologi dominan. Walah, moga kamu nggak error untuk memahami maksud kritikus ini. J
Celakanya, dalam pertarungan tersebut, siapa pun bisa terlibat dalam lingkarannya. Termasuk tentunya remaja. Perang ideologi nggak bisa dihindarkan lagi sobat, alias kudu pasti terjadi benturan. Lucunya, acapkali kita, kalangan remaja, udah merasa down duluan dari pada harus bertarung melawan budaya terse­but. Hmm.. ini untuk tidak mengatakan kalo remaja biasanya pura-pura tidak tahu apa-apa, dan lebih memilih “terbawa” arus budaya yang lebih kuat. Parahnya lagi, seperti diakui banyak pengamat, bahwa budaya populer yang sekarang lagi ngetren bergerak amat cepat. Saking cepatnya, sampe tanpa sadar kita dipaksa patuh dengan logic of capital, logika proses produksi, yakni hal-hal yang dangkal dan cepat ditangkap yang cepat laku. Inilah yang sering dijuluki sebagai instans culture.
Anthony Giddens menyebutnya sebagai dunia yang sedang berlari. Dan semua yang berlari selalu satu track lebih tinggi. Celakanya lagi, bagi penikmat produk akhirya tidak memiliki kesempatan untuk merenungkan lebih dalam. Yang penting dalam dunia ini adalah menjual dan membeli. Sekali lagi, menjual dan membeli. Mereka jual, kita beli dengan menerapkan budaya dan gaya hidup mereka. Nah lho.
Kamu bisa lihat gimana sregepnya teman-teman remaja saat gandrung dengan tren yang muncul saat ini. Cepet banget nyetelnya. Udah nggak pernah pake kalkulasi untung-rugi lagi. Apalagi mikir halal-haram, kayaknya blas deh. Pokoknya, kalo itu dianggap baru dan trendi, hajar aja. Nyang penting dapat label anak gaul. Habis perkara. Astaghfirullah…
Sobat muda muslim, nggak selamanya yang baru dan trendi itu baik lho buat kamu. Kalo soal ilmu pengetahuan dan teknologi, boleh aja kamu ikutan nyetel. Itu sebabnya, kamu jangan kuper-kuper amat dalam masalah ini. Tapi sayangnya, teman-teman remaja lebih mudah nyetel kalo urusannya dalam gaya hidup. Soalnya, memang mudah ditiru sih. David Beckham, suaminya Victoria Adams, cepat jadi idola. Model rambutnya dicontek abis. Pas doi kepalanya plontos, banyak para akhwat, eh, cewek langsung teriak histeris. Begitu ganti model lagi, cepet-cepet pengagumnya meniru total beliau. Aduh, jadi sesembahan deh. Ckckckck…
Genderang perang budaya udah ditabuh saudara-saudara. Ini globalisasi Bung! Semua wajib seragam. Di Amrik heboh Harry Potter, Spiderman, The Lord of The Ring, X-Men United, Matrix Reloaded, sampe Hulk, di sini juga ‘wajib’ ikutan heboh. Nggak seru dan afdhol kalo cuma diem. Semua serentak ngobrolin hiburan kelas dunia ini. Begitu pun ketika rumah-rumah mode Eropa memamerkan busana oke karya perancang dunia, di sini seperti tersihir; ikutan heboh pake. Sekali lagi, inilah globalisasi.
Emang sih, nggak seluruhnya globalisasi itu salah. Nggak semuanya dampak globalisasi bikin kita gerah. Ada kok yang baiknya. Contoh: perkembangan teknologi informasi dan sejenisnya. Namun, teknologi memang ibarat pisau bermata dua; bisa baik, bisa juga buruk. Tapi anehnya, mengapa yang buruk van jelek yang cepet menular dan kadernya beranak pinak? Jawabannya sama: ringan dan trendi. Wasyah! Itu pula yang bikin saya ketar-ketir ngeliat tingkah polah remaja sekarang. Bener.
Oke deh sobat, kamu bisa baca ampe puoool buku ini. Kuliti ampe abis bagian-bagian pembahasannya. Jangan ada yang kelewat. Pokoknya, saya ngasih semuanya buat kamu, sobat muda muslim harapan Islam. Pahami dan amalkan dalam kehidupan, biar kamu nggak jadi bebek.
Atas rasa syukur kepada Allah Swt. saya mengucapkan alhamdulillah. Dengan keridhoan dan cinta-Nya, saya bisa menyelesaikan buku ini. Shalawat serta salam untuk junjungan kita semua, Nabi Muhammad saw. yang telah membawa risalah agung ini bagi umat manusia.
Nggak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada istri, anak, dan keluarga yang ikut memberi semangat supaya saya tetap menulis. Nggak lupa, makasih banget buat Kang Hari Mukti yang bersedia kembali ngasih pengantar dan mengomentari beberapa tulisan di buku ini. Juga buat Kang Iwan Januar, terima kasih atas beberapa tema yang diusulkan. Temen-temen di Permata dan di milis majalah-permata (termasuk temen-temen di Studia dan di milis buletin-studia), yang secara tidak langsung menjadi inspirator dalam penulisan buku ini. Makasih juga buat Penerbit Gema Insani Press, yang terus mendukung penerbitan buku saya, utamanya special thanks buat Pak Hakim dan Mbak Mimin yang selalu ‘ngomporin’ untuk urusan buku saya ini. Pokoknya, untuk semuanya deh, saya berdoa kepada Allah, semoga amalan saudara semuanya diganjar oleh Allah Swt. dengan kebaikan yang berlipat-ganda.
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kamu, remaja muslim. Mari kita isi hidup ini dengan amal baik. Jangan menyerah, keep ukhuwah, dan tetap semangat!