Alhamdulillah, atas ijin Allah Swt. akhirnya saya bisa menyelesaikan naskah buku ini. Naskah buku yang sebenarnya tertunda sejak lama sekali. Maklumlah, meski dikejar-kejar penerbit karena outline dan beberapa naskahnya udah disetujui, tapi tetap saja banyak kendala menghadang di sana-sini. Saya terpaksa harus ‘menelantarkan’ naskah buku yang sebenarnya sudah dinantikan penerbit dan insya Allah banyak pembaca. Namun demikian, karena tetap saya kerjakan meski di waktu sisa setelah aktivitas yang lain, akhirnya kelar juga. Alhamdulillah.
Nggak banyak yang saya tulis di pengantar ini, cuma mau menyampaikan aspirasi beberapa orang yang masih ‘setia’ ngejomblo, supaya mereka nggak minder dan berani menghadapi kenyataan dan bilang, “ya, gue emang jomblo!”. Bukan maksud menggarami luka lama, tapi saya sedang bermonolog dan seolah-olah menjadi mereka. Saya sedang berusaha untuk empati dengan kawan-kawan yang masih jomblo. Tulisan ini sekadar catatan harian, saya memungutinya dari berbagai kejadian yang kemudian saya berikan “bumbu” agar lebih menarik. Tapi jangan khawatir, “bumbu” tersebut tetap realistis. Kejadiannya mungkin masih bisa terjadi dan bisa kita saksikan (atau bahkan dirasakan?). Semoga menjadi inspirasi bagi para pembaca.
So, kalo kamu emang jomblo, kayaknya udah nggak pantes lagi deh nutup-nutupi statusmu. Percaya diri aja lagi. Nggak usah khawatir kena sindir atau dicemooh. Jomblo itu bukan aib kok. Jomblo bukan kriminal. Ngapain harus malu? Percuma juga kan punya gandengan or gebetan tapi malah menjadi sarana berbuat maksiat karena hubungan dengan lawan jenisnya terkategori hubungan tanpa aturan yang benar menurut syariat agama. Jadi, bagi kamu yang masih jomblo, nggak rugi kalo membaca Jomblos’ Diary ini. Insya Allah akan ada banyak manfaat dan inspirasi yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Semoga. Saya menulisnya dengan bahasa yang khas remaja. Silakan dinikmati ya.
Di buku sederhana ini, selain jumlah halamannya tipis, saya sengaja tidak menaburkan banyak data dan dalil untuk pelengkap argumentasi, karena buku ini sifatnya dalah bacaan ringan yang diharapkan meski sedikit tapi cepat menyerap dan memudahkan pembaca untuk memahami persoalan yang tengah dihadapi remaja, yakni masalah jomblo.
Sebelum mengakhir pengantar singkat ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua saya, bapak dan mimih yang senantiasa mendoakan untuk kebaikan saya. Makasih juga buat istri saya yang sangat saya cintai (ehm..ehm..), kesabaranmu mampu membuatku makin cinta padamu. Buat QRS (Qais, Rafi, dan Sausan) ketiga buah hatiku. Keberadaan kalian tumbuhkan tanggung jawab dan cinta.
Tak lupa untuk penerbit Gema Insani, khususnya Mbak Ninik Handrini dan Pak Abdul Hakim, terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk berkarya dan menghasilkan karya terbaik untuk kemaslahatan kaum muslimin. Maaf juga, karya ini termasuk yang telat saya selesaikan.
Terakhir, buat kamu semua, remaja muslim dambaan umat, yang udah baca buku ini, semoga bisa mengambil manfaatnya. Ok? Terima kasih dan tetap semangat hidup di bawah naungan Islam.
Nggak banyak yang saya tulis di pengantar ini, cuma mau menyampaikan aspirasi beberapa orang yang masih ‘setia’ ngejomblo, supaya mereka nggak minder dan berani menghadapi kenyataan dan bilang, “ya, gue emang jomblo!”. Bukan maksud menggarami luka lama, tapi saya sedang bermonolog dan seolah-olah menjadi mereka. Saya sedang berusaha untuk empati dengan kawan-kawan yang masih jomblo. Tulisan ini sekadar catatan harian, saya memungutinya dari berbagai kejadian yang kemudian saya berikan “bumbu” agar lebih menarik. Tapi jangan khawatir, “bumbu” tersebut tetap realistis. Kejadiannya mungkin masih bisa terjadi dan bisa kita saksikan (atau bahkan dirasakan?). Semoga menjadi inspirasi bagi para pembaca.
So, kalo kamu emang jomblo, kayaknya udah nggak pantes lagi deh nutup-nutupi statusmu. Percaya diri aja lagi. Nggak usah khawatir kena sindir atau dicemooh. Jomblo itu bukan aib kok. Jomblo bukan kriminal. Ngapain harus malu? Percuma juga kan punya gandengan or gebetan tapi malah menjadi sarana berbuat maksiat karena hubungan dengan lawan jenisnya terkategori hubungan tanpa aturan yang benar menurut syariat agama. Jadi, bagi kamu yang masih jomblo, nggak rugi kalo membaca Jomblos’ Diary ini. Insya Allah akan ada banyak manfaat dan inspirasi yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Semoga. Saya menulisnya dengan bahasa yang khas remaja. Silakan dinikmati ya.
Di buku sederhana ini, selain jumlah halamannya tipis, saya sengaja tidak menaburkan banyak data dan dalil untuk pelengkap argumentasi, karena buku ini sifatnya dalah bacaan ringan yang diharapkan meski sedikit tapi cepat menyerap dan memudahkan pembaca untuk memahami persoalan yang tengah dihadapi remaja, yakni masalah jomblo.
Sebelum mengakhir pengantar singkat ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua saya, bapak dan mimih yang senantiasa mendoakan untuk kebaikan saya. Makasih juga buat istri saya yang sangat saya cintai (ehm..ehm..), kesabaranmu mampu membuatku makin cinta padamu. Buat QRS (Qais, Rafi, dan Sausan) ketiga buah hatiku. Keberadaan kalian tumbuhkan tanggung jawab dan cinta.
Tak lupa untuk penerbit Gema Insani, khususnya Mbak Ninik Handrini dan Pak Abdul Hakim, terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk berkarya dan menghasilkan karya terbaik untuk kemaslahatan kaum muslimin. Maaf juga, karya ini termasuk yang telat saya selesaikan.
Terakhir, buat kamu semua, remaja muslim dambaan umat, yang udah baca buku ini, semoga bisa mengambil manfaatnya. Ok? Terima kasih dan tetap semangat hidup di bawah naungan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar